Kamis, 20 Agustus 2015



AMOEBA



Amuba (amoeba) adalah organisme uniseluler atau hanya terdiri dari hanya satu sel. Amuba termasuk genus Protozoa. Menjadi organisme uniseluler, Sebagian besar amuba tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dengan ukuran sekitar 700-800 mikrometer. Amuba bereproduksi secara aseksual. Proses ini sangat mirip dengan pembelahan sel yang terjadi di dalam tubuh organisme bersel banyak seperti mamalia.
Proses dimana amuba berkembang biak dikenal sebagai mitosis atau sitokinesis. Dalam proses mitosis, sel amuba induk akan terbagi menjadi dua sel. Sedangkan dalam sitokinesis, sel asli dibagi menjadi tiga sel, yang terdiri atas sel asli dan dua sel anak. Sebagai makhluk satu sel, amuba dilingkupi oleh membran sel. Membran sel menjadi semacam pembungkus bagian-bagian sel seperti inti (semacam otak amuba), organela (organ amuba), dan sitoplasma (cairan dalam membran sel). Sebuah metode yang dikenal sebagai fagositosis digunakan oleh amuba untuk bergerak, makan, dan bereproduksi.Selama fagositosis, amuba mengubah bentuk kemudian kembali ke dalam bentuk semula lagi.
Amuba makan dengan cara menyelimuti makanan terlebih dahulu. Lantas, organela yang dikenal sebagai vakuola melakukan tugas mencerna dan menyimpan makanan.Ketika bergerak dan makan dengan metode fagositosis, amuba dibantu oleh organela yang dikenal sebagai pseudopod.Amuba dapat berkembang biak sangat cepat. Sementara sebagian perubahan geografis atau atmosfer mampu memusnahkan sebagian besar organisme hidup, organisme uniseluler, seperti amuba, mampu bertahan karena kemampuan reproduksi mereka yang cepat.Dalam situasi yang tidak menguntungkan, amuba membentuk semcam penutup yang menjadi pelindung diri mereka.Lapisan pelindung ini disebut sebagai ‘kista mikroba’. Setelah situasi kembali normal, amuba (amoeba) akan kembali dalam bentuknya yang normal pula.

PLANARIA



Reproduksi pada Planaria dapat di lakukan dengan vegetatif secara membelah diri dan secara generatif dengan perkawinan. Planaria ini merupakan hewan hermaprodit (monoceus) tetapi tidak mampu melakukan pembuahan sendiri. Kedua alat kelamin ini berkembang dari sel-sel formatif pada parenkhim. Cacing ini merupakan anggota dari kelas Turbellaria (Soemadji, 1994/1995). Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah cacing Planaria dari kelas Turbellaria yang ada di sungai Semirang Kabupaten Semarang. Planaria hidup bebas di perairan yang dingin, jernih dan mengalir dengan arus yang tidak deras dan terlindung oleh sinar matahari. Gerakan Planaria merupakan gerakan otot-otot sirkuler dan otot-otot dorso ventral dengan memanjangkan tubuhnya. Planaria dapat memperbanyak diri baik secara monogami maupun secara amphigoni. Struktur Planaria tubuhnya pipih, memanjang dan lunak, berukuran kira-kira 15mm (5-25mm) panjang, bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul, dan meruncing kearah belakang, dan berpigmen yang gelap. Planaria menghindari cahaya yang kuat dan pada siang hari. Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru. 
Cacing Planaria yang sudah mencapai dewasa, mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina, jadi bersifat monoecous (hermaprodit). Testis dan ovarium Planaria berkembang dari sel-sel formatif dari parenchym. Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan pembelahan arah transversal. Seekor cacing Planaria dapat mengalami kontriksi (penyempitan) biasanya di belakang faring, kemudian membelah dan masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi individu-individu baru. Reproduksi secara seksual, dua Planaria saling melekat pada sisi ventral-posterior tubuhnya dan terjadi kopulasi, penis masing-masing dimasukkan kedalam atrium genitalis. Sperma dari vesikula seminalis pada sistem reproduksi jantan masing-masing masuk ke seminal reseptacle cacing pasangannya, saling bertukaran produk sex antara dua individu yang berbeda di sebut cross fertilisasi, dan transfer langsung sperma dari jantan ke organ kelamin betina di sebut fertilisasi internal. Setelah perkawinan selesai, 2 cacing tersebut memisah, dan sperma mengadakan migrasi di dalam oviduck, untuk membuahi telur-telur. Beberapa zygot dan banyak sel-sel yolk kemudian bersatu didalam kapsul yang terpisah (di dalam kulit telur, di buat oleh dinding atrium kemudian keluar). Perkembangan secara langsung tidak ada stadium larva. Perkembangan planaria secara aseksual di alam, dilakukan selain bulan februari-maret. Kondisi lingkungan selain bulan tersebut, planaria sudah dewasa / maksimum dalam beregenerasi, sehingga planaria mengalami kontriksi atau penyempitan di belakang faring, terjadinya kontriksi karena sel-sel cuboid yang menutupi bagian luar permukaan tubuh, kemudian dengan adanya dorongan dari otot-otot sirkuler dan longitudinal akan berkontraksi dan menimbulkan perubahan bagian tubuh diantara epidermis dan tractus digestivus yang berguna untuk membantu distribusi makanan dan pengeluaran sisa-sisa makanan terhambat dan kemudian terjadi pembelahan (Radiopoetra,1990). Selain itu faktor abiotik yang minimum membantu perkembangan planaria secara aseksual


Amuba (amoeba) adalah organisme uniseluler atau hanya terdiri dari hanya satu sel. Amuba termasuk genus Protozoa. Menjadi organisme uniseluler, Sebagian besar amuba tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dengan ukuran sekitar 700-800 mikrometer. Amuba bereproduksi secara aseksual. Proses ini sangat mirip dengan pembelahan sel yang terjadi di dalam tubuh organisme bersel banyak seperti mamalia.
Proses dimana amuba berkembang biak dikenal sebagai mitosis atau sitokinesis. Dalam proses mitosis, sel amuba induk akan terbagi menjadi dua sel. Sedangkan dalam sitokinesis, sel asli dibagi menjadi tiga sel, yang terdiri atas sel asli dan dua sel anak. Sebagai makhluk satu sel, amuba dilingkupi oleh membran sel. Membran sel menjadi semacam pembungkus bagian-bagian sel seperti inti (semacam otak amuba), organela (organ amuba), dan sitoplasma (cairan dalam membran sel). Sebuah metode yang dikenal sebagai fagositosis digunakan oleh amuba untuk bergerak, makan, dan bereproduksi.Selama fagositosis, amuba mengubah bentuk kemudian kembali ke dalam bentuk semula lagi.
Amuba makan dengan cara menyelimuti makanan terlebih dahulu. Lantas, organela yang dikenal sebagai vakuola melakukan tugas mencerna dan menyimpan makanan.Ketika bergerak dan makan dengan metode fagositosis, amuba dibantu oleh organela yang dikenal sebagai pseudopod.Amuba dapat berkembang biak sangat cepat. Sementara sebagian perubahan geografis atau atmosfer mampu memusnahkan sebagian besar organisme hidup, organisme uniseluler, seperti amuba, mampu bertahan karena kemampuan reproduksi mereka yang cepat.Dalam situasi yang tidak menguntungkan, amuba membentuk semcam penutup yang menjadi pelindung diri mereka.Lapisan pelindung ini disebut sebagai ‘kista mikroba’. Setelah situasi kembali normal, amuba (amoeba) akan kembali dalam bentuknya yang normal pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar