AMOEBA
Proses dimana amuba berkembang biak dikenal sebagai mitosis atau sitokinesis. Dalam proses mitosis, sel amuba induk akan terbagi menjadi dua sel. Sedangkan dalam sitokinesis, sel asli dibagi menjadi tiga sel, yang terdiri atas sel asli dan dua sel anak. Sebagai makhluk satu sel, amuba dilingkupi oleh membran sel. Membran sel menjadi semacam pembungkus bagian-bagian sel seperti inti (semacam otak amuba), organela (organ amuba), dan sitoplasma (cairan dalam membran sel). Sebuah metode yang dikenal sebagai fagositosis digunakan oleh amuba untuk bergerak, makan, dan bereproduksi.Selama fagositosis, amuba mengubah bentuk kemudian kembali ke dalam bentuk semula lagi.
Amuba makan dengan cara menyelimuti makanan terlebih dahulu. Lantas, organela yang dikenal sebagai vakuola melakukan tugas mencerna dan menyimpan makanan.Ketika bergerak dan makan dengan metode fagositosis, amuba dibantu oleh organela yang dikenal sebagai pseudopod.Amuba dapat berkembang biak sangat cepat. Sementara sebagian perubahan geografis atau atmosfer mampu memusnahkan sebagian besar organisme hidup, organisme uniseluler, seperti amuba, mampu bertahan karena kemampuan reproduksi mereka yang cepat.Dalam situasi yang tidak menguntungkan, amuba membentuk semcam penutup yang menjadi pelindung diri mereka.Lapisan pelindung ini disebut sebagai ‘kista mikroba’. Setelah situasi kembali normal, amuba (amoeba) akan kembali dalam bentuknya yang normal pula.
PLANARIA
Reproduksi pada Planaria dapat di lakukan dengan vegetatif secara membelah
diri dan secara generatif dengan perkawinan. Planaria ini merupakan hewan
hermaprodit (monoceus) tetapi tidak mampu melakukan pembuahan sendiri. Kedua
alat kelamin ini berkembang dari sel-sel formatif pada parenkhim. Cacing ini
merupakan anggota dari kelas Turbellaria (Soemadji, 1994/1995). Dalam
penelitian ini yang akan diteliti adalah cacing Planaria dari kelas Turbellaria
yang ada di sungai Semirang Kabupaten Semarang. Planaria hidup bebas di
perairan yang dingin, jernih dan mengalir dengan arus yang tidak deras dan
terlindung oleh sinar matahari. Gerakan Planaria merupakan gerakan otot-otot
sirkuler dan otot-otot dorso ventral dengan memanjangkan tubuhnya. Planaria
dapat memperbanyak diri baik secara monogami maupun secara amphigoni. Struktur
Planaria tubuhnya pipih, memanjang dan lunak, berukuran kira-kira 15mm (5-25mm)
panjang, bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul, dan meruncing
kearah belakang, dan berpigmen yang gelap. Planaria menghindari cahaya yang
kuat dan pada siang hari. Reproduksi merupakan proses pembentukan individu
baru.
Cacing Planaria yang sudah mencapai dewasa, mempunyai sistem reproduksi
jantan dan betina, jadi bersifat monoecous (hermaprodit). Testis dan ovarium
Planaria berkembang dari sel-sel formatif dari parenchym. Perkembangbiakan
Planaria secara aseksual terjadi dengan pembelahan arah transversal. Seekor
cacing Planaria dapat mengalami kontriksi (penyempitan) biasanya di belakang
faring, kemudian membelah dan masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya
menjadi individu-individu baru. Reproduksi secara seksual, dua Planaria saling
melekat pada sisi ventral-posterior tubuhnya dan terjadi kopulasi, penis
masing-masing dimasukkan kedalam atrium genitalis. Sperma dari vesikula
seminalis pada sistem reproduksi jantan masing-masing masuk ke seminal
reseptacle cacing pasangannya, saling bertukaran produk sex antara dua individu
yang berbeda di sebut cross fertilisasi, dan transfer langsung sperma dari
jantan ke organ kelamin betina di sebut fertilisasi internal. Setelah
perkawinan selesai, 2 cacing tersebut memisah, dan sperma mengadakan migrasi di
dalam oviduck, untuk membuahi telur-telur. Beberapa zygot dan banyak sel-sel
yolk kemudian bersatu didalam kapsul yang terpisah (di dalam kulit telur, di
buat oleh dinding atrium kemudian keluar). Perkembangan secara langsung tidak
ada stadium larva. Perkembangan planaria secara aseksual di alam, dilakukan
selain bulan februari-maret. Kondisi lingkungan selain bulan tersebut, planaria
sudah dewasa / maksimum dalam beregenerasi, sehingga planaria mengalami
kontriksi atau penyempitan di belakang faring, terjadinya kontriksi karena sel-sel
cuboid yang menutupi bagian luar permukaan tubuh, kemudian dengan adanya
dorongan dari otot-otot sirkuler dan longitudinal akan berkontraksi dan
menimbulkan perubahan bagian tubuh diantara epidermis dan tractus digestivus
yang berguna untuk membantu distribusi makanan dan pengeluaran sisa-sisa
makanan terhambat dan kemudian terjadi pembelahan (Radiopoetra,1990). Selain
itu faktor abiotik yang minimum membantu perkembangan planaria secara aseksual
Amuba (amoeba) adalah organisme uniseluler atau hanya terdiri dari hanya satu sel. Amuba termasuk genus Protozoa. Menjadi organisme uniseluler, Sebagian besar amuba tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dengan ukuran sekitar 700-800 mikrometer. Amuba bereproduksi secara aseksual. Proses ini sangat mirip dengan pembelahan sel yang terjadi di dalam tubuh organisme bersel banyak seperti mamalia.
Proses dimana amuba berkembang biak dikenal sebagai mitosis atau sitokinesis. Dalam proses mitosis, sel amuba induk akan terbagi menjadi dua sel. Sedangkan dalam sitokinesis, sel asli dibagi menjadi tiga sel, yang terdiri atas sel asli dan dua sel anak. Sebagai makhluk satu sel, amuba dilingkupi oleh membran sel. Membran sel menjadi semacam pembungkus bagian-bagian sel seperti inti (semacam otak amuba), organela (organ amuba), dan sitoplasma (cairan dalam membran sel). Sebuah metode yang dikenal sebagai fagositosis digunakan oleh amuba untuk bergerak, makan, dan bereproduksi.Selama fagositosis, amuba mengubah bentuk kemudian kembali ke dalam bentuk semula lagi.
Amuba makan dengan cara menyelimuti makanan terlebih dahulu. Lantas, organela yang dikenal sebagai vakuola melakukan tugas mencerna dan menyimpan makanan.Ketika bergerak dan makan dengan metode fagositosis, amuba dibantu oleh organela yang dikenal sebagai pseudopod.Amuba dapat berkembang biak sangat cepat. Sementara sebagian perubahan geografis atau atmosfer mampu memusnahkan sebagian besar organisme hidup, organisme uniseluler, seperti amuba, mampu bertahan karena kemampuan reproduksi mereka yang cepat.Dalam situasi yang tidak menguntungkan, amuba membentuk semcam penutup yang menjadi pelindung diri mereka.Lapisan pelindung ini disebut sebagai ‘kista mikroba’. Setelah situasi kembali normal, amuba (amoeba) akan kembali dalam bentuknya yang normal pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar